Disusun oleh: Pdt.H.M. Siagian, MPTh.
WAHYU
KEPADA YOHANES –(41)
“Bertobatlah dan lakukanlah lagi
apa yang semula engkau lakukan… AKU AKAN
datang kepadamu dan AKU AKAN MENGAMBIL KAKI DIANMU dari tempatnya, jikalau
engkau tidak bertobat”. (Wahyu 2:5 b).
UMAT TUHAN PERLU
BERTOBAT
“Efesus
sekarang bernama Kusadasi, Filadelfia bernama Alashehir, dan tak seorang pun
orang-orang Kristen disana. Ketika
Yohanes menulis kitabnya, Kekristenan sedang berkembang dengan kokohnya di Asia
kecil bagian tengah dan barat.
Kenyataannya, banyak sarjana Alkitab meyakini bahwa jauh lebih banyak
orang-orang Kristen di Asia Kecil pada abad mula-mula ini dibandingkan di mana
pun juga di dunia. Namun selama
berabad-abad, gereja-gereja mengalami penurunan dalam jumlahnya, hingga Islam
akhirnya memunahkan mereka.
Wilayah-wilayah dimana gereja mula-mula pernah sangat kokoh berdiri
(mencakup Siria dan Arika Utara) sekarang hampir seluruhnya Islam. Sebagaimana yang Yesus peringatkan di dalam
ayat di atas, KAKI DIAN bisa diambil dari tempatnya. Namun demikian, bukan Islam yang sebenarnya
menghancurkan gereja. Di Afrika Utara,
pertentangan doktrinal dan etnik yang melemahkan Kekristenan. Orang-orang Kristen di Timur Tengah gagal
terlibat dalam budaya setempat, sehingga membukakan pintu pada ajaran Muhammad
yang jauh lebih kontekstual. Selama Abad
pertengahan, kepemimpinan gereja Eropa berusaha menghidupkan kembali
Kekristenan di Timur Tengah. Namun
mereka salah memahami Injil dan memilih suatu metode (Perang Salib) yang malah
membuat keadaan makin buruk. Gerejalah
yang menghancurkan Kekristenan di daerah Timur Tengah bagian timur. Sejarah seharusnya menjadi peringatan bagi
kita. Di mana Injil dulu pernah
berkembang luas, sekarang mengalami penurunan.
Namun demikian, wilayah-wilayah yang hampir-hampir tidak mengenal Injil
dua abad yang lalu (Afrika dan Asia) kini berkembang pesat jadi pusat
iman. Anda dan saya tidak boleh
memandang remeh rencana Allah. Jika kita
meninggalkan misi kita Tuhan akan membangkitkan orang-orang lain untuk
menggenapinya.1
Ay.5 b: ‘Jika tidak demikian, Aku akan datang
kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya, jikalau engkau
tidak bertobat’.
a) Terjemahan KJV salah.
KJV: ‘or else I will come unto thee quickly’ (= atau jika
tidak Aku akan datang kepadamu dengan cepat / segera).
Kata ‘quickly’ (= dengan cepat / segera) ini tidak ada dalam
terjemahan Inggris yang lain, dan seharusnya memang tidak ada.
b) Setelah memberikan perintah
untuk bertobat, Kristus memberikan ancaman kalau mereka tidak bertobat. Kristus
mengancam akan ‘mengambil
kaki dian mereka dari tempatnya’. Apa artinya?
Adam Clarke: “As there is here an allusion to the
candlestick in the tabernacle and temple, which could not be removed without
suspending the whole Levitical service, so the threatening here intimates that,
if they did not repent, &c., he would unchurch them; they should no longer
have a pastor, no longer have the word and sacraments, and no longer have the
presence of the Lord Jesus” (=
Karena di sini ada gambaran kaki dian dalam Kemah Suci dan Bait Allah, yang tidak
bisa disingkirkan tanpa menyingkirkan seluruh pelayanan Imamat, maka ancaman di
sini menunjukkan bahwa jika mereka tidak bertobat dsb, Ia akan membuat mereka
tidak mempunyai gereja; mereka akan tidak mempunyai pendeta, tidak lagi
mempunyai Firman dan sakramen, dan tidak lagi mendapatkan kehadiran Tuhan
Yesus) - hal 976.
c) Ancaman ini akhirnya tergenapi: gereja Efesus musnah!
William Hendriksen: “The threat ‘or else I come to thee, and
will move thy lampstand out of its place’, was fulfilled. There is today no
church in Ephesus. The place itself is a ruin” (= Ancaman ‘jika tidak demikian, Aku akan
datang kepadamu dan Aku akan mengambil kaki dianmu dari tempatnya’ digenapi.
Sekarang tidak ada gereja di Efesus. Tempat itu sendiri merupakan suatu reruntuhan) - hal 62.
Steve Gregg: “Indeed, today there is no city or church
in the Turkish location that was once Ephesus. Islam has been established in
this region which Paul had once thoroughly evangelized (Acts 19:10). How
different might the history of that region have been had the church continued
to practice its first love (Eph. 1:15)?” [= Memang, sekarang tidak ada kota atau
gereja di lokasi Turki yang dulunya adalah Efesus. Islam telah ditegakkan di
daerah dimana Paulus pernah memberitakan Injil secara menyeluruh
(Kis 19:10). Alangkah berbedanya sejarah dari daerah itu, andaikata gereja
itu terus mempraktekkan kasih pertamanya (Ef 1:15)] - hal 65.
John Stott: “He warns them that if they disobey His
commands, and do not repent, their church’s existence will be ignominiously
terminated. I will come to you and remove your lampstand from its place, unless
you repent (v. 5). No church has a secure and permanent place in the world. It
is continuously on trial. If we can judge from the letter which Bishop Ignatius
of Antioch wrote to the Ephesian church at the beginning of the second century,
it rallied after Christ’s appeal. Ignatius describes it in glowing terms. But
later it lapsed again, and by the Middle ages its Christian testimony had been
obliterated. ‘The little railway station and hotel and few poor dwelling houses
of Ayasaluk, which now command the ruins of the city, are eloquent of the doom
which has overtaken both Ephesus and its church’ (H. B. Swete, The Apocalypse
of St. John: p. 27). Otherwise, there is nothing but rubble and a bog. A
traveller visiting the village ‘found only three Christians there’, writes
Trench (p. 81) ‘and these sunken in such ignorance and apathy as scarcely to
have heard the names of St. Paul or St. John. Christ’s warning to Ephesus is
just as appropriate to us today. Our own church’s light will be extinguished if
we stubbornly persevere in our refusal to love Christ” [= Ia memperingati mereka bahwa jika
mereka tidak mentaati perintahNya, dan tidak bertobat, keberadaan gereja mereka
akan diakhiri secara memalukan. Aku akan datang kepadamu dan mengambil kaki
dianmu dari tempatnya, kecuali kamu bertobat (ay 5). Tidak ada gereja yang
mempunyai tempat yang aman dan permanen dalam dunia. Gereja diuji secara terus
menerus. Jika kita menilai dari surat yang ditulis oleh Uskup Ignatius dari
Antiokhia kepada gereja Efesus pada awal abad kedua, gereja ini hidup kembali
sesuai seruan Kristus. Ignatius menggambarkannya dengan ungkapan yang
bersemangat. Tetapi belakangan gereja itu tergelincir lagi, dan pada abad
pertengahan kesaksian kristennya dihapuskan. ‘Setasiun kereta api kecil dan
hotel dan beberapa rumah orang miskin di Ayasaluk, yang sekarang menguasai
reruntuhan kota itu, merupakan suatu gambaran / pernyataan yang hidup tentang
peng-hakiman / hukuman / nasib tragis yang menimpa Efesus dan gerejanya’ (H.B.
Swete, The Apocalypse of St. John: hal 27). Selain itu, tidak ada apapun
kecuali reruntuhan dan tanah berlumpur / berawa. Seorang pelancong yang
mengunjungi desa itu ‘menemukan hanya tiga orang kristen di sana’ tulis Trench
(hal 81) ‘dan mereka ini tenggelam dalam ketidaktahuan dan sikap acuh tak acuh
sedemikian rupa sehingga hampir tidak pernah mendengar nama Paulus atau
Yohanes’. Peringatan Kristus kepada Efesus ini juga cocok bagi kita sekarang.
Terang gereja kita sendiri akan dipadamkan jika kita secara tegar tengkuk
bertekun dalam penolakan untuk mengasihi Kristus] - hal 33.
James B. Ramsey: “A church, therefore, may be large and
prosperous, zealous for truth and order and purity, labouring patiently and
successfully for the name of Christ, and yet there may be, unseen by human
eyes, and unsuspected even by herself, a secret defect that silently but surely
threatens her very existence. No external zeal can compensate for declining
love” (=
Karena itu, suatu gereja bisa besar dan makmur, bersemangat untuk kebenaran dan
keteraturan dan kemurnian, bekerja dengan sabar dan sukses untuk nama Kristus,
tetapi di sana bisa ada, tanpa terlihat oleh mata manusia, dan tidak diduga
bahkan oleh gereja itu sendiri, suatu cacat rahasia yang, secara diam-diam
tetapi pasti, mengancam keberadaannya. Tidak ada semangat lahiriah yang bisa
menggantikan kasih yang menurun) - hal 130-131.
d) Beberapa hal tentang
ancaman dan penggenapan di sini.
·
Mengapa Kristus mengancam untuk
menghancurkan, dan akhirnya betul-betul menghancurkan gereja Efesus? Bukankah ‘something’
(= sesuatu) lebih baik dari pada ‘nothing’ (= tidak ada sama sekali)?
Pulpit Commentary: “Our Lord Jesus does not desire the prolonged
continuance of a Church whose love in on the decline. A cold Church does not
and cannot represent Jesus in the world; it is no longer accomplishing the
object for which Churches are formed, and therefore there is no reason why it
should continue” (=
Tuhan kita Yesus tidak menginginkan keberadaan lebih lama dari suatu gereja
yang kasihnya menurun. Gereja yang dingin tidak mewakili dan tidak bisa
mewakili Yesus dalam dunia ini; gereja itu tidak lagi mengerjakan tujuan
pembentukan gereja, dan karena itu tidak ada alasan mengapa gereja itu harus
dilanjutkan) - hal 70.
·
Ancaman dan lebih-lebih penggenapannya,
menunjukkan bahwa kehilangan kasih pertama / semula bukanlah suatu dosa yang
remeh!
·
Ancaman dan penggenapan ini membuat
saudara harus, secara serius dan dengan segera, membenahi gereja saudara,
khususnya kalau gereja saudara serupa dengan gereja Efesus atau bahkan lebih
jelek!
·
Ancaman dan penggenapannya ini tidak
bertentangan dengan:
*
Yes 42:3a - “Buluh yang patah terkulai tidak akan
diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya tidak akan dipadamkannya”.
Mengapa?
Karena Yes 42:3b ini berbicara soal individu kristen. Untuk individu
kristen (yang sejati), bagaimanapun hebatnya ia jatuh, Kristus tidak akan
menghancurkannya. Tetapi Wah 2:5 membicarakan gereja lokal, dan ini memang
bisa dihancurkan. Perlu diingat bahwa pada waktu gereja Efesus dimusnahkan, itu
tidak berarti bahwa orang kristennya lalu murtad / kehilangan keselamatannya.
Mungkin mereka mati, atau pindah ke tempat lain, tetapi mereka tetap selamat.
*
Mat 16:18b - “di atas batu karang ini Aku akan mendirikan
jemaat-Ku dan alam maut tidak akan menguasainya”.
Mengapa, dan apa bedanya? Karena Mat 16:18b ini berbicara soal
gereja Universal / Gereja yang kudus dan am. Gereja Universal ini tidak mungkin
akan hancur, tetapi gereja lokal bisa !. 2.
1.
Jon Paulien, “Kabar Baik Dari Patmos”, Bandung:
Indonesia Publishing House, 2007 hlm. 50.
2.
Pdt. Budi Asali M.Div- Eksposisi Wahyu kepada Yohanes.